Stunting: Krisis Tersembunyi yang Menghantui Perkembangan Anak-anak Indonesia

Stunting: Krisis Tersembunyi yang Menghantui Perkembangan Anak-anak Indonesia
Scroll
Ke Bawah


Mengapa Stunting itu Penting?

Mari kita simak beberapa berita yang beredar di berbagai media


Bagian 1

Mengenal Stunting
Lebih Dekat

Apa itu stunting?

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan

Perpres No. 72 Tahun 2021
Tentang Percepatan Penurunan Stunting

Stunting: Kondisi Gagal Tumbuh pada Anak Balita

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari janin hingga 23 bulan.

1.000 Hari Pertama Kehidupan: Periode Emas Pencegahan Stunting

Periode 1.000 HPK dianggap sebagai "periode Emas" untuk pencegahan dan koreksi masalah stunting, dengan menggunakan intervensi gizi spesifik dan sensitif.

Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif untuk Mengatasi Stunting

Intervensi gizi spesifik bertujuan untuk menangani penyebab langsung masalah stunting, sementara intervensi gizi sensitif fokus pada penyebab tak langsung dari stunting.

Sumber: WHO dan TP2AK (stunting.go.id)

“Masalah gizi pada balita merupakan masalah Kesehatan Masyarakat yang masih tergolong tinggi di Indonesia, baik yang bersifat akut maupun kronis”

Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting)


Bagian 2

Pentingnya Mengetahui
Penyebab Stunting

Hasil studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 menegaskan bahwa pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan dengan pengobatannya.

Untuk memahami lebih lanjut tentang betapa krusialnya pencegahan stunting, mari kita ikuti kisah perjuangan "Maya dan Rafi".

Menurut Asian Development Bank

Indonesia Peringkat 2
dengan tingkat prevalensi stunting terbesar di ASEAN, Tahun 2022


Bagian 3

Dampak Stunting
Pada Anak

Masalah stunting menjadi sangat serius karena terkait dengan kemampuan kognitif anak, perkembangan psikososial, perilaku sosial, dan status obesitas mereka.

Ketika mencapai usia dewasa, stunting juga mengakibatkan penurunan perkembangan manusia dan produktivitas ekonomi.

Dengan kata lain, dampak stunting terasa tidak hanya pada tahap awal pertumbuhan, tetapi juga berlanjut hingga masa dewasa (Paramashanti et al., 2016).

Gangguan
Kognitif

Stunting pada balita dapat mengakibatkan penurunan tingkat Intelligence Quotient (IQ). Anak-anak yang mengalami stunting akibat kurang gizi memiliki nilai rata-rata IQ yang lebih rendah sebanyak 11 poin dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pertumbuhan normal (UNICEF, 2005).

Perkembangan Kognitif dan Bahasa pada Kanak-Kanak

Perkembangan kognitif pada kanak-kanak juga identik dengan perkembangan kemampuan bahasa yang bekembang sangat cepat pada periode 6-23 bulan (Hartanto, Selina, H, & Fitra, 2016); Berbeda dengan anak dengan kondisi stunting, penelitian (Hanani, 2016) menyebutkan bahwa pencapaian tugas perkembangan sosial, bahasa dan motorik pada kelompok anak balita stunted lebih rendah dibandingkan anak balita normal.

Rentan
Terhadap Penyakit

Stunting juga meningkatkan potensi risiko terkena obesitas dan penyakit degeneratif. Apabila kondisi overweight dan obesitas dibiarkan berlanjut dalam jangka waktu yang lama, risiko terkena penyakit degeneratif dapat meningkat secara signifikan (Anugraheni, 2012).

Penurunan
Produktivitas Ekonomi

”Sekitar 2-3 persen produk domestik bruto hilang per tahun akibat stunting. Dengan jumlah PDB ADHB Indonesia tahun 2020 sekitar Rp 15.000 triliun, potensi kerugian akibat stunting mencapai Rp 450 triliun per tahun,” -- Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam Rapat Kerja Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2022, Selasa (22/2/2022).

Laporan World Bank

Terlebih lagi, sesuai dengan laporan "World Bank Investing in Early Years Brief 2016" stunting dapat mengakibatkan penurunan produktivitas tenaga kerja, menyebabkan pengurangan pendapatan pekerja dewasa hingga sebesar 20%. Stunting juga memperburuk kesenjangan yang menyebabkan penurunan total pendapatan seumur hidup sebesar 10% dan menimbulkan kesenjangan antargenerasi


Bagian 4

Upaya Pemerintah

Salah satu upaya pemerintah dalam mencegah stunting adalah melalui pelibatan aktif kader Posyandu dalam kampanye pencegahan stunting berupa pemberian pelatihan dan dukungan yang memadai untuk meningkatkan pemantauan pertumbuhan anak-anak dan memberikan edukasi gizi kepada ibu-ibu di tingkat komunitas.

Berikut testimoni salah seorang kader posyandu di Kota Bekasi

Melalui kader Posyandu, pemerintah memperkuat pendekatan pencegahan stunting dengan menciptakan sumber daya lokal yang efektif dalam memantau dan mendukung kesehatan anak-anak serta memberikan perawatan yang diperlukan untuk mencegah stunting.

Target Prevalensi Stunting 14% pada Tahun 2024

Pemerintah Republik Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam upaya mencegah stunting, sebuah masalah serius yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

Hal ini tercermin dalam penyertaan stunting sebagai salah satu Daftar Proyek Prioritas Strategis (Major Project) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Dalam RPJMN ini, pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Upaya ini menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional sebagai langkah penting untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh dengan sehat.

Fokus Pemerintah Intervensi Stunting pada 1000 Hari Awal Kehidupan

Selain itu, intervensi pemerintah difokuskan pada periode "1000 hari emas," yang mencakup usia 9 bulan dalam kandungan hingga dua tahun pertama kehidupan anak. Masa ini dianggap sebagai periode kritis yang memiliki dampak signifikan pada perkembangan anak.

Dalam konteks ini, program-program gizi dan kesehatan telah ditingkatkan untuk memastikan bahwa ibu hamil dan balita menerima perawatan yang tepat dan nutrisi yang cukup.

Berdasarkan data dari World Bank, sekitar 54% dari orang Indonesia yang berusia produktif adalah mantan stunting, sehingga menekankan urgensi intervensi pada periode awal kehidupan.

Pencegahan Stunting jauh lebih efektif daripada pengobatan stunting

Selain itu, hasil studi Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 telah menunjukkan bahwa pencegahan stunting jauh lebih efektif daripada pengobatan stunting. Oleh karena itu, pemerintah telah berfokus pada upaya pencegahan yang melibatkan promosi gizi, pemberian ASI eksklusif, penyuluhan kepada masyarakat, serta program pemberian makanan tambahan kepada balita yang berisiko stunting.

Upaya konkrit dalam menurunkan angka stunting telah diimplementasikan, termasuk peningkatan akses ke pelayanan kesehatan ibu dan anak, promosi praktik pemberian ASI eksklusif, penyuluhan gizi kepada masyarakat, serta program pemberian makanan tambahan kepada balita yang berisiko stunting. Semua ini adalah bagian dari strategi pemerintah untuk menciptakan generasi muda yang lebih sehat, cerdas, dan berpotensi, yang akan memberikan kontribusi positif bagi masa depan Indonesia.

Referensi:
  • WHO. 2015. Stunting in a nutshell. WHO Departmental News 
  • UNICEF. 2005. The State of The World Children. Oxford University Press 
  • Paramashanti et al. 2016. Individual Dietary Diversity is Strongly Associated with Stunting in Infants and Young Children. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 
  • Hartanto, F., Selina, H., Fitra, S. 2016. Pengaruh Perkembangan Bahasa Terhadap perkembangan Kognitif Anak usia 1-3 Tahun. Sari Pediatri 
  • Hanani, R. 2016. Motorik Halus, Bahasa dan Personal Sosial. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. 
  • Anugraheni, H.S. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Pati. Universitas Diponegoro 
  • World Bank. 2016. Investing in Early Years for Growth & Productivity. www.worldbank.org
Dibuat oleh: